kali ini menceritakan
pengalaman Sex dari seorang Siswa SMA yang bernama Ardho. Ardho yang ketika itu
sedang beristiraat disebuah rumah makan di yang letaknya didekat sungai,
tiba-tiba mendengar suara wanita di sungai itu. Karena penasaran dia-pun
menghampiri dan terjadilah hubungan sex di sungai itu. Mau tahu kelanjutan ceritanya,
Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Cerita Sex ML Dengan
Gadis Penunggu SungaiCerita Sex ML Dengan Gadis Penunggu Sungai
Hey para pembaca
cerita sex, perkenalkan namaku Andro, disini saya akan menceritakan pengalaman
sex pribadi saya yang bisa dibilang menyenangkan dan aneh. Cerita ini berawal
dari liburan semester pada kenaikan kelas, seperti tahun-tahun sebelumnya jika
setiap ujian semester atau ujian kenaikan kelas sekolahanku selalu mengadakan
wisata.
Dalam liburan itu, kami
pada siswa-siswi dapat menentukan liburan kami sesuai kesepakatan kelas kami
masing-masing. Pada saat itu kebetulan siswa-siswi seelasku mendapat jatah
tempat wisata yang tempatnya cukup jauh, yaitu di perkebunan teh di Kaki Gunung
Kerinci. Sebelum kami mengdakan liburan itu, 1 bulan sebelumnya aku dan 4 orang
perwakilan dari kelasku melakukan survey untuk menugurusi tentang peginapan dan
lokasi wisata alam itu.
Saat itu pada saat
akhir pekan, tepatnya hari sabtu kami ber 5-pun, meminta izin kepada kepala
sekolah untuk tidak masuk sekolah perihal untuk survey lokasi. Kami berlima
adalahh para pengurus kelas, Andi sebagai ketua kelas, Risma sebagai wakil
ketua, Farah sebagai bendahara, Alhi sebagai seksi acara dan aku sendiri
sebagai seksi perlengkapan. Saat itu kami semua kesana menggunakan mobil jeep
milik Farah bendahara kelas kami.
Kami mennggunakn mobil
jeep karena memang disana rute jalanya masih kurang bagus. Menurut kami paling
cocok memang harus memakai mobil jeep, karena memang disana hanya ada gunung
hutan saja. Setelah beberapa waktu perjalanan di tengah perjalanan kami-pun
merasa lapar, dan kami berfikiri untuk mampir di rumah makan untuk makan dan
istirahat sejenak.
Saat itu terasa
lumayan lelah karena kami telah melakukan perjalanan selama berjam-jam.
Ditambah lagi kami berada di mobil jeep jenis katana yang kabin mobilnya terasa
sempit ketika kami tumpangi berlima, dan juga itung-itung kami juga memberi
istirahat pada mobil Farah. Kini kami-pun sudah masuk di rumah makan, Andi,
Aldhi dan aku memilih untuk rebahan di sebuah dipan kayu untuk meluruskan kaki.
Sedangkan Risma dan
Farah langsung bergegas kemeja makan. Ketika aku sedang rebahan, aku-pun
mendengar suara air mengalir di dekat rumah makan itu. Kata pemilik rumah makan
memang di bawah rumah makan itu ada sungai yang katanya airnya jernih sekali.
Mendengar ucapan pemilik rumah makan itu, aku-pun penasaran dan segera
menelusuri jalan setapak hingga sapailah aku di tepi sungai itu.
Sesampainya disungai,
ternyata benar air disungai itu sangat jernih dan terlihat segar sekali.
Kebetulan sekali di siang itu cuaca terasa panas dan mempunyai inisiatif untuk
mandi di sungai itu agar terasa segar dan rasa capeku bisa hilang. Kemudian
aku-pun bergegas menyusuri tepi sungai dan mencari yang agak jauh yang
terlindung dari pandangan orang lain untuk mandi di sungai.
Setelah menekukan
tempat yang aman aku-pun segera melepas pakaianku dan aku mulai mandi di sungai
itu. Benar-benar segar rasanya para pembaca. Aku-pun mulai menyelam dan
berenang di tepi sungai itu. Saat melihat ke tepi, aku tak melihat pakaianku
ditepi sungai. Ternyata aku terbawa arus sungai dan makin menjauh. Sesaat itu
tiba-tiba aku mendenagr ada suara orang yang sedang mandi disungai itu.
Ketika aku meleihat
ternyata ada orang lain yang mandi selain aku. Karena penasara aku-pun
menghampirinya. Setelah aku sampai tidak kusangka ada 2 wanita yang sedang
mandi. Saat aku mendekat mereka kaget lalu segera menepi untuk mengambil handuk
untuk menutupi tubuhnya. Saat itu aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku
adalah pengunjung rumah makan dan sedang mandi lalu terbawa arus sungai.
Ternyata mereka adalah
ibu dan anaknya penduduk lokal. Mereka menganjurkan aku untuk kembali lewat
tepi sungai daripada berenang lalu terbawa arus lagi. Karena mereka tidak punya
kain lagi, mau tidak mau aku naik ke tepi dalam keadaan telanjang. Tepi sungai
tidak bisa dilalui, harus agak naik ke darat berliku-liku. Ibunya Anik mau
mengantarkan aku dan minta anaknya menunggu.
Aku berjalan
dibelakang ibu sambil menutupi kontol-ku, takut kena duri pohon. Tidak ada
jalan setapak, dan jalannya naik turun. Disalah satu jalan turun aku terpeleset
dan menimpa ibu yang ada didepanku. Kami bertindihan, kain ibu tersingkap dan
kontol-ku menempel disekitar Memek-nya. Aku dan Ibunya Anik lalu berdiri.
Tiba-tiba Ibunya Anik mencopot kainnya sehingga telanjang. Aku tidak mengerti
maksudnya,
“ Menurut adat, kalau
perempuan dan laki sudah saling melihat kontol dan memek, maka mereka harus kawin
”, ucapnya.
“ Aku sudah lihat
kontol kamu dan kamu sudah lihat memekku, Jadi aku dan kamu sekarang harus
kawin ”, ucapnya.
Kemudian dia menggelar
kain dan merebahkan diri di atasnya. Lalu tangannya melambai memanggilku untuk
mengawini dia. Aku tidak mengerti, tapi aku juga tidak kenal daerah ini.
Disekelilingku hanya terlihat pohon-pohon besar. Kalau jalan sendiri, pasti aku
tersesat. Memang terdengar suara air sungai, tapi suaranya dari segala penjuru.
Aku benar-benar tak tahu arah. Jadi kuikuti maunya.
Untuk bisa kawin aku
harus terangsang. Maka kuperhatikan tubuh telanjangnya. Kulitnya gelap agak
kotor. Susunya sudah agakmenggantung, mungkin karena usianya yang dugaanku
hampir 40 tahun. Bulu jembutnya lebat keriting, bibir Memek-nya tipis berwarna
hitam. Tapi bagian dalam Memek-nya berwarna merah menyala. Clitorisnya besar
dan terlihat keluar dari bibir Memek.
Melihat itu semua aku
mulai terangsang dan kontol-ku ngaceng. Dia senang melihat aku mulai ngaceng
dan memanggil lagi. Aku menghampiri dan hendak mencium bibirnya. Dia melarang,
jangan cium bibir ucapnya. Akhirnya aku mencium susunya. Putingnya besar juga
hampir sama dengan warna kulitnya. Lalu aku ke bawah untuk mencium Memek-nya.
Tetapi dilarang juga
olehnya, padahal aku ingin mencium Clitoris yang besar itu.
Akhirnya hanya
tanganku yang memegang dan membelai-belai Clitorisnya yang besar. Sekarang
kontol-ku sudah ngaceng penuh, tanpa membuang-buang waktu segera aku arahkan ke
Memek-nya, dan,
“ Zlebbbbbbb… ”,
kontol-ku masuk perlahan.
Kutahan kontol-ku
didalam, tapi dia menyuruhku untuk menggoyangkan dengan cepat. Aku ikuti
perintahnya dan kugenjot dengan cepat. Aku merasakan nikmat tiada tara.
Kurasakan Memek-nya menjepit kuat kontol-ku. Terus kugenjot dan dia mengerang
keras,
“ Aow… Sssshhh… Aghhhhhhhhh…
”, desahnya.
Aku masih menggenjot,
tapi dia menahan dan segera mengeluarkan kontol-ku dari Memek-nya. Lalu
berdiri, memakai kain lagi menutupi Payudara dan Memek-nya, dan akhirnya
mengajakku jalan lagi,
“ Ayo Pik, jalan ”,
ucapnya.
“ Aku bukan Pik ”,
ucapku.
“ Itu panggilan untuk
putriku, Anik. Dia melihat kita dari balik semak ”, ucapnya.
Dan betul, Anik keluar
dari persembunyiannya dan ikut berjalan. Karena kontol-ku masih ngaceng aku
tidak bisa menutupi. Dan Anik melihat terus ke kontol-ku. Ibunya melihat
perilaku Anik. Ternyata tidak sampai seratus langkah sudah sampai ditepi
sungai. Dan kulihat pakaianku tidak jauh dari situ. Karena badanku gatal
tergesek-gesek daun dan batang pohon, aku segera menceburkan diri di pinggir
sungai, tidak berani ketengah lagi takut terbawa arus.
Anik masih terus
berusaha melihat kontol-ku dan ibunya melihat tingkah Anik. Ibunya Upi
menghampiriku dan bertanya,
“ Kamu sudah pernah
lihat memek Anik? ”, Ucapnya Ibu Anik.
Pertanyaan ini tentu
dikaitkan lagi dengan adat. Kalau pernah melihat berarti aku harus kawin dengan
Anik. Aku melihat Anik, dia tersenyum. Cantik juga walau kulitnya hitam.
Kuperkirakan umurnya 15 tahun. Walau tertutup kain, tapi posturnya langsing dan
exotis. Kulihat kontol-ku masih agak tegang. Munculah niatku untuk memenuhi
kebutuhan biologis si kontol,
“ Tadi memek Anik
terlihat waktu dia naik ke tepi mau pakai kain. Bulu jembutnya masih sedikit ”,
aku menebak untung-untungan.
Ibunya Anik tersenyum
lalu memanggil Anik. Ibunya Anik membisiki Anik, lalu Anik mencopot kainnya
hingga telanjang. Betul dugaanku, susunya padat mendongak , Memek-nya terlihat
tebal dengan bulu jembut yang masih halaus. Anik menghampiriku di dalam sungai.
Dia memelukku sebentar lalu meraih kontol-ku dan di elus-elus. Aku membalas
dengan meraba-raba dan meremas-remas susunya. Tanganku juga mencoba menyentuh
Memek-nya yang ada di dalam air sungai.
Merasakan tebalnya
bibir Memek. Terasa juga Clitoris yang besar, sama seperti ibunya. Dia
merangkulkan tangannya ke leherku. Kucium bibirnya dan dia tidak melarang.
Kulihat ibunya juga tidak melarang. Aneh. Lalu aku menyelipkan kontol
keselangkangannya dan menggesek-gesekkan ke Memek-nya. Melihat ini, ibunya
memanggil-manggil Anik, dia menunjukk ke batu besar di sungai.
Anik mengikuti perintah
ibunya menuju batu besar sambil menggandengku lalu terlentang di batu besar
itu. Wow… benar-benar pemandangan alam yang indah. Kulihat jelas , dibalik
pahanya yang merapat, ada Memek dengan bibir tebal yang mulai merekah karena
terangsang. Aku membuka kakinya yang rapat sehingga Memek indah itu jadi
terlihat dengan jelas. Clitoris yang besar itu menyembul keluar tengah bibir
kewanitaanya.
Kuhampiri Memek itu,
kucium. Aku melihat ke ibunya, dia diam tidak melarang. Maka kulanjutkan dengan
menjilati bibir Memek, liang senaggama, lalu Clitorisnya yang besar itu,
“ Oughhh… Sssss…
Aghhh… ”, desah Anik diiringi dengan tubuhnya yang mengejang.
Saat itu senang juga
mendengar suara teriakannya, maka kuteruskan menjilati Clitoris itu,
“ Oughhh… Eummm…
Aghhhh… ”, desah nikmatnya lagi.
Saat itu aku melihat
ibunya memegang Memek-nya sendiri, Lalu Ibunya Anik menyuruh aku segera
mengawini anaknya. Aku berdiri dan mengarahkan kontol-ku ke Memek Anik yang
yang sudah dengan posisi rebahan, dengan perlahan kontol-kupun kutanamkan
didalam Memek Anik,
“ Ssshhh… Zlebbbb… ”,
Anik berteriak saat kepala kontol-ku mulai masuk kedalam Memek-nya.
Kutekan lagi, Anik
berteriak lebih kencang. Kutekan lagi dan teriakannya semakin kencang. Kutekan
lagi sampai kurasakan ujung kontol-ku membentur dinding dalam Memek-nya. Anik
berteriak. Dia mengigit bibir dan terlihat matanya berlinang. Ibunya Anik
membuka kain penutup tubuhnya lalu turun kesungai dan menghampiri. Dia
memperhatikan kontol-ku yang sudah berada didalam Memek putrinya.
Dia tersenyum lalu
mencium kening putrinya. Aku juga melihat kearah kontol-ku yang masuk didalam
Memek Anik. Terlihat ada darah mengalir keluar dari Memek-nya. Darah perawan.
Sudah kuduga bahwa Anik masih perawan sehingga tadi aku hati-hati memasukkan
kontol-ku. Ibunya menyuruhku untuk menggenjot. Maka kugenjotkan pinggulku dan
Anik selalu berteriak mengikuti irama genjotanku
Kalau genjotanku
lambat, maka erangannya juga lambat, kalau cepat, irama erangannya juga cepat.
Dicampur dengan suara derasnya alran sungai, jadi seperti lagu yang asyik.
Ibunya naik ke atas batu besar dan duduk. Kakinya mengangkang dan dia
menyuruhku untuk mencium Memek-nya. Sambil kontol-ku terus menghunjam, aku
menciumi dan menjilati Memek-nya. Saat Clitorisnya terjilat Ibunya Anik
berteriak.
Rame juga, ada suara
air, suara teriakan Anik dan suara erangan ibunya. Pada akhirnya Anik memeluk
dan terasa mencakar punggungku. Lalu ibunya juga mengerang panjang. Aku terus
menggenjot sampai tak tahan lagi, kontol-ku menyemprot mani ke dalam Memek
Anik. Lalu lemas memeluk dan menciumi Anik. Setelah terasa kontol-ku sudah
loyo, aku mencabutnya dari Memek Anik.
Anik duduk dibatu, dan
kulihat semakin banyak darah yang keluar dari Memek-nya. Juga air maniku keluar
dari Memek-nya. Darah segar yang berasal dari jebolnya selaput darah Anik itu
mengalir hingga mengenai batu, mengalir turun kesungai dan hanyut terbawa
derasnya air sungai. Kusiram sisa darah dan mani di batu, lalu semua meluncur
mengikuti arus sungai. Anik turun dari batu, ibunya juga. Lalu mereka berendam
dan menyelam membersihkan diri dan Memek-nya.
Lalu mereka berpamitan
sambil tersenyum. Kupandangi kepergian mereka. Anik berjalan dengan tertatih2
karena selangkangannya masih sakit. Lalu mereka menghilang dibalik lebatnya
pohon. Aku kedarat dan mengeringkan badan lalu berpakaian. Dan segera kembali
ke rumah makan mengikuti jalan setapak,
“ Dari mana saja kamu,
lama banget, tadi dicari ke sungai kamu nggak ada. Kami jadi khawatir ”, kata
Andi.
“ Paling-paling dia
dibawa suara-suara gadis rimba penjaga sungai ”, ucap pemilik rumah makan.
Kemudian pemilik rumah
makan itu bercerita bahwa kalau orang-orang sekitar sini turun ke sungai, suka
mendengar suara beberapa wanita bermain air di sungai itu. Tapi tak ada yang
pernah melihat mereka. Mereka menyebutnya sebagai suara gadis rimba penjaga
sungai. Mendengar peryataan itu aku sempat kaget, lalu Farah bicara,
“ Iya Dho, kamu dibawa
gadis rimba penunggu sungai? ”, tanya Farah
“ Nggak kok aku cuma
berenang keseberang, Ngumpet karena malu takut kelihatan. Terus balik lagi. ”,
Ucapku.
“ Oke. Syukur kamu
sudah balik. Karena waktunya sempit kita harus segera berangkat. Kamu makan
nasi bungkus di mobil saja ya. ”, kata Andi sambil menepuk punggungku.
“ Aowww… ”,
Saat itu punggungku
terasa sakit ketika Andi menepuk punggungu. Aku menyingkap baju untuk melihat
punggungku. Ada luka gores. Uda segera memberi obat merah. Kulihat dicermin
memang ada luka gores. Ah ini luka gores cakaran Anik saat Klimaks,
“ Tadi waktu mandi
kena batang pohon ”, ucapku. Farah menatapku curiga. Aku mengangkat bahu.
Setelah itu kamipun
segera melanjutkan perjalanan kami untuk menuju pada tujuan kami yaitu kebun
teh untuk mensurvey darmawisata dan pada aku-pun makan nasi bungkus di mobil
dengan lahapnya karena lapar sekali setelah aku ML dengan gadis misterius
disungai tadi. Selesai.